Sunday 22 May 2011

Sendiri

"Semoga engkau baik-baik saja.." 

Lalu daun-daun menggugurkan diri dan ranting dengan fasih menuliskan kenangannnya sendiri. Kenangan yang telah meminjamkan nafas buatan, buatkannya hidup sedetik lebih lama dari semalam. Kenangan yang membuatkan jantungnya kembali bernyawa penuh debaran menikmati getir ketidakpastian.  Ketidakpastian dalam kehidupan.

Di atas kerusi malas itu dia berayun sendiri. Perlahan. Melirik titi-titi sepi. Menikmati daun luruh menerpa pantai senja hari. Ombak sahut melambai. Setia berdampingan. Datang gelombang, pecah. Gelombang datang, pecah. Tertib ikut sabda Tuhan

Rebah rindu di dada lagi. Sendu mencipta rupa gerimis. Terkenangkannya peristiwa lalu. Berlari anak-anak kecil menerjah gigi air. Dipecahnya buih buih cinta Sang Pencipta kaki-kaki munggil itu. Gelak gegak gempita memecah hening senja. Di pantai yang sama. Disaksikan daun nyiur melambai. Cinta mereka terurai.

Ada kalanya ingin dibawanya dia berbasikal di langit. Di mana tiada penghujung, belokan yang membuatkannya kehilangan dia. Ingin dipeluknya dia, seperti tak ingin berjarak. Berjarak dari keindahan. Hangatnya cinta berdua.

Sesak dia tiba-tiba. Memikirkannya tega bertingkah sedemikian rupa. Senja yang sangat memerihkan. Tidak seperti malam-malam sebelumnya. Ceria mereka membincangkan masa depan. Bergaduh siapa yang harus mengajar anak mengaji. Bertepuk tampar memikirkan perihal cucu cicit.

"Pulanglah, Sayang. Masakan ini masih akan hangat, meski tengah malam kau baru tiba"' desah dia sendiri. Ditemani sang mentari. Mentari pun tak lama lagi kan berlalu pergi. Hilang di sayup-sayup kesepian desis-desis ombak menghempas pantai. Tak lagi dirasa ritma itu menyenangkan. Makin merobohkan iman adalah. Geram. Dia bangkit tinggalkan laman usang itu sendiri. Tiada berpenghuni. Hanya ditemani bayu hembusan dingin Sang Ilahi.

Assalamualaikum warahmatullah. Assalamualaikum warahmatullah.. Salam diucapkan penuh kekhusyukan. Wajahnya diusap perlahan. Tangan ditadah, memohon perlindungan, cahaya daripada Tuhan yang Maha Bijaksana. 

"Oh Tuhan, kumohon ciptakan manusia dengan dua hati. Ketika yang satu mati rasa karena patah hati, aku masih bisa hidup sendiri", disabdakannya penuh pengertian dan pengharapan. Dilipat kemas sejadah, ditaruk di sudut taubat samping jendela. Hela sebentar menarik nafas dalam. Perihnya semalam masih mengular di dadanya. Tarik nafas dalam dalam lagi. Disandarkan kepala di tiang seri, memohon kasih Ilahi tenangkan jiwa seketika. Alhamdulillah...

Pejam matanya menanti mentari menjemput subuh pagi. 

Sendiri. Temannya hilang pergi. Bertemu Ilahi.

SRi: Di dalam dadaku, kau tak pernah pergi, hanya bersembunyi dari ancaman-ancaman kecemasanku sendiri.

3 comments:

  1. sedeyh nye cite....
    ce bwat hok hepi ending sket....
    cecube...cecube....hehe

    ReplyDelete
  2. sungguh puitis cter ini...i like...:)

    ReplyDelete
  3. tora: hahhaha.cerita sedih lagi mudah rr nak bt drpd cerita gembira.n biasanya kalu bt cerita gembira nanti nampak fake pula.kurang puitis jua.hahhahha **nanti kite cecube eyh!hahahha

    normi:thanx. really appreciate it. but seriously banyak kot cacat cela dia bila baca balik.tapi biasa~ gua malass nak edit balik! hahahhahha

    ReplyDelete

Related Posts with Thumbnails

QUNChi?

agama (49) al quran (18) arab (21) artis (49) bahasa (32) blog (23) bollywood (17) ceghita dia (38) doa (14) donia (61) drama (31) ekonomi (26) fashion (17) Food (1) Formula One (32) hadith (12) hollywood (42) horor (13) humor (28) indonesia (50) israel (13) JJCM (5) kahwin (31) Ke Luar Jendela (32) komunis (6) malaysia (148) medic (25) mind n soul (149) motivasi (25) motokar (32) movie (82) myself (77) palestin (10) politic (59) proton (20) puisi (48) radio (9) resepi (7) Rothschild (5) sejarah pemikiran (24) student (96) swedish (3) US (39) vampire (6) zodiac (5)